Sabtu, 24 Agustus 2013

Di Balik Bentrokan Mahasiswa Makassar vs 'Robot Negara' pada Hari Anti Korupsi 2010

 Membahas tentang bentrok antara polisi dan mahasiswa, Makassarlah tempat yang paling sering terjadi. Hampir setiap ada demonstrasi, bentrok senantiasa menyertainya. Bahkan kini Makassar lebih populer dengan demonstrasi bentroknya dibandingkan dengan objek wisata yang dibangga-banggakan pemerintah kota, seperti Pantai Losari, Benteng Rottherdam, Pulau Sekitar Makassar dan yang terbaru ‘Trans Studio’.  “Sangat memalukan, katanya kaum intelek tapi tidak mampu menunjukkan intektualnya”, “Lebih baik kuliahmko saja bae-bae supaya kau yang ubahki, janganmko teriak-teriak di jalan kayak orang gila”. Kalimat yang paling sering terdengar di telingaku ketika ada demonstrasi, panas rasanya hati ini mendengarnya tapi biarlah, ini resiko dari suatu perbuatan. Bahkan cercaan serta kata-kata kotorpun terkadang menyertainya. Dari satu sisi, mungkin ini ada benarnya. Tapi tunggu dulu, itu baru dari satu sisi. Orang hanya menilai apa yang ia lihat, cepat mengambil kesimpulan akibat dari demonstrasi, seperti macet dan bentrok. Mereka hanya melihat daun dari sebuah pohon (proses) tapi tidak melihat akar pohon tersebut, mereka tidak tau penyebab semua ini terjadi padahal inilah hal yang paling penting untuk diketahui agar bisa menilai siapa sebenarnya yang patut mengoreksi diri lebih dalam. Apakah bentrok ini bisa dihindarkan atau tidak ? serta pertanyaan-pertanyaan lainnya. Tapi memang ini sulit dipahami karena penghuni negeri ini sudah terbiasa menilai sesuatu dengan langsung berfikir negatif tanpa menyeimbangkan fikirannya terlebih dahulu. 
Bentrok Mahasiswa versus ‘Robot Negera’ (dibaca polisi nah) beberapa hari yang lalu, tepatnya pada hari kamis, 9 Desember 2010 dalam rangka peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia. Kebetulan saat itu saya beserta teman-teman ikut demonstrasi, sebagai perwakilan mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia. Komitmen awal aksi ini dilaksanakan secara damai tanpa menginginkan ada bentrok seperti apa yang terjadi. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi sebagai bentuk perhatian serta kecintaan kami pada negeri ini, kami ingin mengingatkan agar negeri ini jauh dari perbuatan yang dapat merugikan penduduk yaitu KORUPSI. Perbuatan yang membuat laju kemajuan bangsaku terhambat hingga rakyat kecil harus ‘menderita’ merasakan efeknya.

Saat itu kami keluar dari kampus sekitar pukul 11.45 dan di depan kampus UMI sudah ada kawan-kawan dari elemen lain yang sudah memulai aksinya sejak pagi dengan tujuan yang sama dengan kami, menghilangkan korupsi dari tanah kelahiran kami. Di depan kampus inilah kami bersatu untuk berdemonstrasi di depan kantor gubernur sulawesi selatan, kurang lebih 400 meter dari pintu gerbang kampus. Saat tiba, kami memulai aksi di depan pintu gerbang kantor gubernur dengan berorasi menyampaikan aspirasi tanpa ada keributan sedikitpun walau di dalam sudah banyak ‘robot’ yang siap mengawal aksi ini yang dilengkapi dengan tameng serta senjata mereka masing-masing. Selain orasi, aksi ini juga diwarnai dengan tetrikal dari teman-teman aktivis yang menceritakan tentang kemampuan gayus menyogok ‘robot’ walau dengan uang Rp.1000 untuk membeli hukum yang katanya mahal di negeri ini tapi ternyata MURAHJi pale. 
            Sebelum aksi tetrikal ini berlangsung, demonstran terbatas masuk ke dalam gerbang kantor gubernur tapi saat tetrikal berlangsung demonstran mulai bebas masuk ke dalam. Setelah tetrikal berlangsung, aksi dilanjutkan dengan orasi dan beberapa orang kawan mulai mencari tahu keberadaan gubernur di dalam kantor. Kawan-kawan diterima oleh salah seorang pegawai yang mengaku sebagai perwakilan dari dalam kantor walau tanpa kapasitas yang jelas dan ia HANYA seorang. Inilah benih dari masalah, mahasiswa datang dengan orang-orang yang jelas tapi ternyata diterima oleh orang yang tidak jelas, bicara saja gemetaran, jelas ini menimbulkan suatu ketidakseimbangan. Kami ingin bertemu Gubernur Sul-Sel syahrul yasin limpo tapi malah diterima oleh dia yang tau nomor handphone gubernurpun tidak. Toh kalau gubernur tidak ada, seharusnya yang menemui kami ialah kepala biro humas pemprov sulsel agar penjelasan mengenai keberadaan gubernur tidak simpang siur. Tapi kan tidak, malah beberapa dari kami disuruh masuk untuk mencari ajudan gubernur, kenapa tidak ajudannya saja yang langsung menemui kami. Kami minta yang keluar adalah kepala dinas tapi katanya tidak ada kepala dinas yang datang, mereka semua pada kemana..??? Takut ya sama mahasiswa, kami bukan ‘robot’ yang selalu siap menerkan dilengkapi dengan senjata canggih serta tameng. Kami hanya rakyat biasa yang bersenjatan pulpen dan kertas (batu kalau lagi bentrok). Kalian adalah pelayan rakyat, bukan kami pelayan kalian. Kalau tidak mau jadi pelayan, copot saja itu baju dinasmu. 

           Inilah awalnya, kami datang dengan niat yang baik tapi kedatangan kami tidak ditanggapi dengan baik. Disini pula kita bisa mengambil pelajaran bahwa gubernur tidak tau diri, sudah tau Hari Anti Korupsi pasti ada demo ke kantornya dan kalau demo ke kantornya pasti mau ketemu sama dia tapi malah memilih tidak ke kantor yang seharusnya menjadi tempat nongkrongnya. Kalau mau pemilihan alias lagi kampanye, dia yang temui rakyat walau rakyat tidak mau, tapi ketika sudah menjabat rakyat datang untuk bertemu ehhh malah dia yang menghindar. Jangan jadi pejabat kalau tidak mau dikritik ato dalam bahasa kami “didemo” boss. Kejadian seperti ini sudah terjadi berulang kali, seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena alasannya gubernur tidak ada di kantor, maka kami mengambil keputusan untuk berkomunikasi dengan dia lewat handphone tapi ternyata tidak ada yang tau nomor hp gubernur termasuk staf yang tadi. Suatu hal yang sangat memilukan, bawahan tidak punya nomor hp pimpinannya atau jangan-jangan pimpinan memang tidak pernah berkomunikasi dengan bawahannya, entah yang mana yang benar. 
Padahal aksi kami akan diakhiri jika kami sudah berkomunikasi dengan gubernur walau hanya lewat handphone. Lobi yang kami laksanakan untuk berkomunikasi dengan gubernur berlangsung kurang lebih 1,5 jam, waktu yang sangat lama. Dan kelamaan inilah yang membuat sebagian kawan-kawan tidak sabar lagi karena merasa dipermainkan  oleh para abdi negara ini dan memang kenyataannya seperti itu kan. Kami dijadikan bola yang ditendang kesana-kemari tanpa arah yang jelas. Tapi teman-teman yang lain tetap berusaha menenangkan dan tetap berusaha mencari jalan tengah agar kami dapat berkomunikasi dengan gubernur serta menghindari terjadinya bentrok. 
Di tengah-tengah aksipun, kami berkomunikasi pada pihak ‘robot’ yang diwakili salah seorang dengan pangkat yang cukup tinggi ‘tiga balok di pundaknya’. Dia sadar bahwa kalau sebentar terjadi bentrok, kita ini (mahasiswa dan ‘robot’) hanya menjadi korban dari pemerintah yang cuek dengan kedatangan rakyatnya. Dengan kesadaran ini saya berharap bahwa jika nantinya ada benih-benih konflik dia mampu bertindak kepada anggotanya untuk menahan diri agar benih itu tidak meluas menjadi bentrok seperti yang terjadi kemarin. Tapi ternyata sangat jauh dari harapan. Bentrok ini dimulai dengan dua kali gesekan antara ‘robot dan mahasiswa, tapi walau dengan gesekan yang sedikit bentrokanpun akhirnya pecah karena kedua belah pihak tidak mampu menahan diri. Pimpinan ‘robot’ itu harusnya mampu menahan para anggotanya karena mereka didik untuk satu komando, satu visi dan misi dalam bertindak untuk tidak meladeni para mahasiswa yang jauh lebih sulit dikontrol daripada para bawahan robot itu sendiri. ‘Robot’ sudah dilengkapi dengan tameng, jadi kenapa mesti mengeluarkan senjata dulu. Cukup bertahan terlebih dahulu dengan tamengmu, biar kami menenangkan teman-teman agar bisa menahan lemparannya lalu kira berkoordinasi agar tidak terjadi bentrok tapi ternyata tidak. Di tengah-tengah kami menenangkan teman-teman, ‘robot’ malah melepaskan tembakannya kearah kami sehingga lebih memancing teman-teman yang lain untuk lebih beringas sehingga terjadilah bentrok yang berkepanjangan.
Bentrok yang awalnya hanya terjadi di dalam gerbang kantor akhirnya melebar ke jalan, ‘robot’ membuat formasi ‘4-4-2’nya dengan menutup seluruh jalan di depan kantor gubernur yang membuat jalan macet total alias tidak dapat dilalui oleh masyarakat. Bahkan masyarakat sipilpun terpaksa harus merasakan perihnya tembakan gas air mata para ‘robot’, maka kamipun menyarankan kepada pengendara untuk menutup rapat kaca mobilnya agar bisa terhindar dari rasa perih di mata dan kulit itu. Jalanpun macet, kami menahan para pengguna jalan untuk tidak melintas agar terhindar dari efek tembakan tapi ternyata masyarakat tetap bersikukuh untuk lewat sehingga kami membiarkan meraka lewat dengan harapan robot mau membuka jalan untuk mereka. Akan tetapi tidak, ketika masyarakat yang menggunakan motor mulai mendekat. ‘Robot’ malah melepaskan tembakan gas air matanya ke depan sehingga merekapun jadi korban, bahkan ada salah satu pengendara dengan usia yang cukup tua terpaksa harus kami siram mukanya dengan air ‘maaf’ got karena tidak mampu menahan perihnya efek tembakan itu, untung saja air yang mengalir tidak sekeruh kemarin-kemarin karena baru saja hujan turun. Lama-kelamaan, ‘robot’ mampu memaksa mahasiswa masuk ke dalam kampus dengan tembakan peluru karet, gas air mata serta water canonx yang hanya bisa dibalas dengan lemparan batu oleh para mahasiswa. Ada suatu tindakan yang sangat memilukan di hati kami, karena para ‘robot’ mengarahkan tembakannya ke mesjid kampus yang saat itu dipenuhi oleh mahasiswi serta jama’ah yang sedang melaksanakan shalat asar berjamaah sehingga para jamaahpun harus menahan perih di matanya dan kehilangan rasa khusuk dalam shalatnya. Imam pun memperingtkan kepada para robot untuk tidak mengarahkan senjatanya ke mesjid tapi tidak diindahkan oleh para robot, mereka tetap menembak hingga salah satu gas air matanya meledak tepat di jendela mesjid. Begitu banyak gas air mata serta peluru karet yang dihempaskan oleh mereka. Kamipun bertanya, ‘Robot’ punya agama tidak, orang lagi shalatpun harus jadi korban..??? Pantas banyak yang jadi buaya, mafia hukum, koruptor. Saat itu pula ada seorang kakek yang berusia sekitar 70-an yang menjadi korban, kami pun memapahnya ke bawah masjid untuk dilakukan perawatan. 
Selain itu, bentrokan inipun juga melibatkan masyarakat sipil yang telah terprovokasi oleh ‘robot’ untuk melawan mahasiswa. ‘Robot’pun membubarkan formasi 4-4-2nya lalu membiarkan warga yang terprovakasi itu untuk maju ke depan melawan mahasiswa, Bukannya menjadi pengaman tapi malah jadi provokator untuk memperkeruh suasana. Pada bentrokan ini pula, banyak teman kami yang mengalami luka sehingga harus dioperasi. Serta ada juga yang ditangkap oleh para ‘robot’, penangkapan inipun diwarnai dengan penyiksaan kepada teman kami yang tidak hanya dilakukan oleh para ‘robot’ negara tapi juga oleh robot pemprov (baca ; SatPol PP) dan pegawai kantor pemprov. Ketika kami datang untuk bicara baik-baik, hanya satu orang pegawai yang menemui kami tapi ketika terjadi bentrok baru banyak yang keluar dari kandangnya. Dasar penakut + pengecut…‼! Hanya tau beradu otot tapi tidak mampu beradu otak, pantas sistem pemerintahan negeri ini bobrok abdinya kebanyakan pakai otot, padahal seharusnya pakai otak. Gimana sih..‼!
            Dari sini kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga agar kejadian ini tidak kembali terjadi untuk kesekian kalinya. Kesalahan bukan cuma datang dari satu pihak, tapi datang dari semua pihak. Mahasiswa tidak mampu mengontrol dirinya untuk dalam bertindak, begitupun dengan ‘robot’ yang tidak mampu bertahan/menahan diri walau sudah dibantu dengan alat pertahanan diri alias tameng. Dan paling harus mengintropeksi diri ialah akar dari semua ini yaitu pihak pemerintah alias Gubernur Sulawesi Selatan syahrul yasin limpo beserta para kaki tangannya, semua ini bisa tidak terjadi jikalau ia mampu mengontrol sejak awal. Coba temui mahasiswa, temui rakyatmu. Kalau sudah tau akan ada demo jangan malah keluyuran di tempat lain, peringatan hari anti korupsi PASTI diwarnai demo jadi kamu harus prepare sejak awal untuk melayani kami agar ini tidak terjadi lagi. Jangan Cuma mau menemui rakyat ketika kau mau dipuji tapi temui mereka juga ketika kamu mau dikritik. Mana Siri’ Na Pacce’Mu…‼!

            Semoga ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, Mahasiswa, Polisi dan Pemerintah. Jangan sampai ini terulang terus-menerus. Insya Allah, Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang lurus. Kita liat bagaimana tahun depan. Mohon maaf kalau ada yang tidak menyenangkan di hati, tapi inilah realita yang terjadi di lapangan.

“Ya Allah… Berikanlah petunjuk para pemimpin kami sehingga hatinya lunak untuk mendengarkan dan mengimplementasikan aspirasi mahasiswa, suara-suara rakyat yang tertindas karena ulahnya”. Amieennnnnnn…‼

Perjuangan Kami Tak Akan Pernah Padam..
UntukMu NegeriKu, UntukMu Bangsa yang Kucintai… INDONESIA
HIDUP RAKYAT…
HIDUP MAHASISWA… ALLAHU AKBARRR

MARI BERSIHKAN NEGERI INI DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME..‼!

1 komentar:

  1. Baccarat Rules | Play for Fun | Wolverione
    The rules and game rules are explained in detail at the Wolverione online casino. Read our beginners 바카라 사이트 추천 guide to learn how to play online and win money from your

    BalasHapus

Share Article :